Jumat, 25 Februari 2011

cerpen ( khayalan belaka)

Di dunia ini kebahagiaan adalah hal yang dicari oleh manusia. Berbagai banyal hal yang dilakukan dan dikorbankan untuk sebuah kebahagiaan. Mengacu dari itu saya berpendapat jika kebahagiaan itu tak ternilai harganya. Semua orang melakukan semua hal yang mungkin ada dibatas nalar tapi itulah nyatanya.
Kebahagiaan bisa datang dari sebuah hubungan baik dan harmonis dengan orang-orang disekitar kita, Sebuah keberhasilan dan pencapaian, Prestasi, sanjungan, banayak hal yang bias membuat sebuah kebahagiaan.
Tapi kebahagian itu terasa jika ada sebuah pembanding. Pembandignya tak lain adalah sebuah kesedihan. Itulah dunia semua hal diciptakan selalu berpasangan. Maha besar Allah.
Sebuah hubungan cinta jika didasari dengan cinta pasti akan membawa sebuah kebahagiaan. Apalagi cinta dari kedua belah pihak, hal yang membanggakan dan luar biasa pasti terjadi dari hubungan seperti ini. Tapi tentu saja sang pembanding yaitu kesedihan pasti muncul untuk membuat sebuah kebahagiaan semakin berarti. Tapi dengan dasar cinta semua kesedihan bakal terhapuskan.
Sejoli yang menjalin hubungan cinta dengan dasar cinta pastinya satu sama lain akan berbuat hal yang bias membuat pasangannya bahagia. Walaupun itu menyakitkan baginya bagi dirinya sendiri. Itulah kebahagiaan, dia selalu butuh pengorbanan. Tapi di ujung semua itu pengorbanan akan terbayar dengan sebuah keberhasilan mampu membuat pasangan kita bahagia. Seutas senyum dari sang kekasih yang dicinta akan membuat semua kesengsaraan dan pengorbanan menjadi berharga. Itulah dahsyatnya cinta.
Tapi apakah hal tersebut bias terjadi jika hubungan cinta hanya didasari dari cinta sepihak. Hubungan yang didasari bukan cinta melainkan alasan lain. Alas an disini bias bermacam-macam mulai dari unsure kasihan, memanfaatkan, pamer, atau hanya sekedar sekedar coba-coba dari pada tidak punya pasangan.
Sebenarnya hal semacam ini wajar-wajar saja. Dan mungkin juga bias berakhir sebuah kebahagiaan jika mereka mampu membuat perbedaan kadar cinta hilang. Intinya satu saling menghormati dan mencoba menerima pasangan kita dengan apa adanya.
Tapi hal sebaliknya akan menyiksa pasangan yang benar-benar cinta. Dan dalam hal ini adalah saya sang penulis.
Berawal 4 bulan lau. Dari dua hati yang tersakiti karena cinta kita mengikrarkan untuk menjalin hubungan yang serius dan tidak main-main. Kita bukan lagi mencari pacar melainkan mencari calon suami dan istri. Sungguh hal yang indah untuk di dengar “Bukan pacar melainkan pasangan hidup”. Tapi seiring berjalanya waktu kekasihku tak mampu membuka hatinya untuk aku. Dia masih menutup rapat hatinya untuk sang mantan. Dilain pihak terjadi hal yang berkebalikan. Aku telah mampu membuat hatiku berpaling kepadanya, begitu mudah aku melakukanya tanpa tahu apa alas an kuat yang mendasari itu semua.
Semua hal kulakukan untuknya. Memberikanya perhatian tapi malah disalah artikan sebaliknya. Aku di anggap lebaylah sebagai cowok. Seharusnya aku marah, tapi cinta bermain disini semua itu hilang begitu saja dan tak membekaskan luka dihatiku. Kuberikan apa yang dia mau. Mulai dari hal kecil, pulsa, coklat, atau apalah, uang saku, hp, cincin atau apa kuberikan, aku tak keberatan karena aku cinta. Dia sakit aku datang dari jauh dengan niat baik untuk menjenguknya malah diacuhkan, itupun tak menyakitiku. Aku masih berusaha dan ingin membuatnya mencintaiku. Dengan harapan omongan itu “ bukan mencari pacar tapi pasangan hidup” bias kupegang sebagai janjiku untuk membuatnya jadi calon istriku.
Tapi semua itu tak pernah berarti dimatanya. Sebenarnya aku tahu jika dia belum mapu membuka hatinya untukku. Tapi aku memaksakan kehendaku untuk memilikinya. Dan ternyata itu salah, aku malah membuatnya sakit dan menyksa diriku sendiri.
hingga akhirnya sampai pada titik dimana aku mengalami kejenuhan menjalani hubungan semacam ini. sedikit bercekcok akhir minggu lalu. hingga pada rabu kemarin dia mengungkapkan semua yang dia rasakan selama ini. dia tak mampu lagi mencoba menerimaku sebagai pasanganya. dan saat dia berusaha untuk membuka hatinya untukku dia bilang sangat sulit. dan ingin mengakhiri semua ini. mulai dari aku sadar jika cinta dan perasaan memang tidak bias dipaksakan. aku harus mundur dari permainan ini dan merelakanya untuk orang lain. teramat sakit kulakukan tapi sepertinya itu adalah hal terbaik yang harus dilakukan. belajar iklas untuk melepasnya dan membuka hati untuk orang lain adalah hal yang paling sempurna saat ini. dilain pihak akupun tak pernah merasakan kebahagiaan ketika menjalani hubungan denganya. Semua yang kulakukan tak pernah mendapatkan penghargaan yang selayaknya. Aku mulai kecewa dan ingin berhenti mencitainya.
Dalam lubuk hatiku sebenarnya aku tak pernah ingin melakukan ini, Sedikitpun tak pernah. Tapi aku harus realistis dan menerima kenyataan jika dia tidak pernah bias mencintaiku. Aku mulai kalut dan terombang-ambing dalam badai. Kegalauan, kegelisahan dan kekecewaan menyapaku hangat dalam kesempatan ini.
Aku tak ingin lagi sakit hati dan bersedih, akupun tak ingin melihat dia orang yang kusayangi dan kucintai tersiksa dan terpaksa menerima hadirku di hidupnya. Maaf jika aku tak bias menepati janjiku untuk menikahimu. Mungkin kita memang tak pernah dilahirkan untuk bersama. Sosokmu terlalu sempurna untuk menemaniku.
Akupun tak munafik disamping aku ingin berusaha melupakanmu, aku akan menerimamu tanpa sedikitpun keraguan seandainya engkau mampu mencintaiku dengan tulus. Tak sedikitpun rasa cinta dihatuku ini untukmu luntur oleh hal semacam ini. Walaupun ini benar-benar menyakituku. Selama itu aku tak ingin memaksamu untuk melakukan keinginanku. Aku takj ingin lagi memaksa sang cinta dan perasaan. Karena mereka adalah 2 hal yang sulit ditaklukan. Dia datang dengan sendirinya tanpa perlu sebuah paksaan. Sukarela dan tak merugikan.
Mengiklaskanmu adalah hal paling benar saat ini. Dan mencoba membuka hati untuk orang lain yang lebih mencintaiku adalah hal yang angin kulakaukan. Aku mendapatkan kekasih baru hany sekian jam setelah kita putus. Maaf saya melakukan ini hanya saja aku tak ingin terlalu larut akan perpisahah ini.
Dia benar-benar hadir disaat yang tepat. Disaat aku lagi terpuruk karenamu. Dia yang menemaniku disaat aku sakit karena tingkahmu, walau dia sebenaarnya tak pernah tahu jika telah mampu menghilangkan kesedihanku. Hingga pada akhirnya aku memilihnya untuk menjadi penggantimu. Aku masih berusaha menerimanya karena sebenarnya hati ini masih milikmu. Tapi kamu tak pernaah mengerti betapa berharganya kamu dimataku. Kamu tak pernah mau mencintaiku dengan segenap dan setulus hatimu.
Maaf jika semua ini terlalu cepat. Tapi inilah kenyataanya aku tak ingin menyia-nyiakan orang yang sudah saying dan cinta kepadaku. Aku ingin membalas cintanya, karena aku telah tahu dan paham bagaimana rasanya cinta bertepuk sebelah tangan itu. Sakit, aku tak ingin orang yang menyayangiku merasakan hal itu. Aku akan mencoba untuk menerimanya dan membukakan hatiku untuknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar